BelitongToday, Tanjungpandan – Lebih dari seratus orang suporter sepak bola dari berbagai komunitas berkumpul di titik nol pusat Kota Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (6/10) malam.
Ratusan orang yang terdiri dari fans sepakbola klub Arema FC (Aremania), Persib Bandung (Viking Belitong, Maung Pande), Persebaya (Bonek Belitong), Madura United, Belitong FC (Biak Belitong), hingga komunitas klub motor berkumpul untuk melakukan doa bersama dan deklarasi suporter damai merujuk pada peristiwa Kanjuruhan, Malang.
Seperti diketahui, pertandingan sepakbola antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10) malam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dinodai terenggutnya ratusan nyawa suporter Arema setelah terjadi kerusuhan sesaat setelah pertandingan usai.

Koordinator aksi sekaligus Ketua Biak Belitong, Apriliansyah mengatakan aliansi suporter sepak bola di Kabupaten Belitung mengutuk keras tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, pada 1 Oktober lalu. Menurut data resmi sudah 131 orang korban meninggal dunia.
“Kami berharap tragedi ini merupakan yang terakhir, tidak terulang di kemudian hari, di manapun, kapanpun dan antar siapapun,” ujar Apriliansyah kepada BelitongToday.
Menurutnya, aksi ini murni aksi solidaritas sebagai bentuk rasa duka yang mendalam terhadap tragedi Kanjuruhan. Aksi ini hanya dipersiapkan selama dua hari namun mendapatkan respon positif dari rekan-rekan supporter di Belitung yang hadir cukup ramai.
“Kami percaya pemerintah bisa mengungkap dan menyibak tabir atas apa yang sebenarnya terjadi di Kanjuruhan, Malang, terutama saat ini Presiden telah membentuk tim independen pencari fakta atas apa yang terjadi di Kanjuruhan,” ungkap April, sapaan akrabnya.
Di tempat yang sama, Ketua Viking Belitong, Hendra mengatakan tragedi ini adalah sejarah kelam bagi sepakbola Indonesia karena banyak korban jiwa dalam insiden tersebut. Sudah dapat dipastikan para ibu korban akan membenci sepak bola selamanya setelah peristiwa ini.
“Kami berharap agar tragedi semacam ini tidak terulang kembali, cukuplah di Kanjuruhan Malang yang terakhir kali karena tidak ada sepakbola yang sebanding dengan nyawa,” ujar Hendra.
Setelah menyuarakan aspirasi, para suporter ini kemudian menggelar doa bersama, membacakan deklarasi suporter damai, kemudian menyalakan lilin. (admin)