Oleh: Muhammad Nazriel Semesta (Redaktur Pelaksana Belitong Today)
BelitongToday, Sijuk – Ratusan umat Hindu di Dusun Balitung, Desa Pelepak Putih, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 dengan penuh Khidmat.
Ketua Desa Adat Girijati, Dusun Balitung, Desa Pelepak Putih, I Made Duniarta, kepada BelitongToday, Selasa (21/3) kemarin mengatakan puncak Hari Nyepi akan berlangsung pada Rabu (23/3).
“Besok kami mulai melakukan”Catur Brata Penyepian” selama 24 jam yang merupakan puncak dari rangkaian Hari Raya Nyepi,” katanya.
Ia menjelaskan, rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1945 telah berjalan sejak beberapa hari lalu.
Rangakaian tersebut mulai dari upacara Melasti pada Minggu (19/3) lalu Tawur Kesanga, dan pengarakan Ogoh-ogoh pada Selasa (21/3) kemarin.
“Pawai Ogoh-ogoh hari ini adalah rangkaian terakhir sebelum menjalani Catur Brata Penyepian pada besok hari,” ungkapnya.
Ia menambahkan, selama menjalani Catur Brata Penyepian, umat Hindu menjalankan empat pantangan. Empat pantangan itu tidak bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu dan api (amati geni), dan tidak berpergian (amati lelungan). Serta, tidak membuat kebisingan atau keributan (amati lelanguan).
“Makan, minum, menyalakan televisi, mendengarkan musik tidak boleh sehingga suasana Nyepi benar-benar terasa damai, hening, dan tenang,” paparnya.
Oleh karena itu, Hari Raya Nyepi harus berlangsung dalam suasana yang sunyi, hening, dan tenang sebagai ruang kontemplasi diri.
Melebur Energi Negatif
I Made Duniarta menjelaskan Ogoh-ogoh yang diarak berkeliling kampung merupakan upaya menyerap energi negatif yang dapat mengganggu jalannya pelaksanaan puncak Hari Raya Nyepi.
Ogoh-ogoh merupakan patung dengan karakter menyeramkan sebagai simbol “Bhuta Kala” atau roh jahat di dalam kehidupan.
“Warga mengarak Ogoh-ogoh dari ujung sampai ke ujung kampung untuk menyerap energi negatif dan menetrallisirnya menjadi energi positif,” terangnya.
Kemudian, pada pukul 18.00 WIB Ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pemusnahan roh-roh jahat dalam diri dan lingkungan sekitar.
“Filosofinya adalah untuk membakar atau memusnahkan semua sifat dendam, amarah, dan benci menjelang Nyepi,” imbuhnya.
Pembakaran Ogoh-ogoh juga menandakan bahwa rangkaian puncak Hari Raya Nyepi akan segera berlangsung.
Momentum Instrospeksi Diri
Suasana Hari Raya Nyepi yang damai dan tenang merupakan momentum introspeksi diri.
Bagi pemeluk Hindu, Hari Raya Nyepi adalah waktu untuk melakukan evaluasi dan koreksi diri atas perbuatan selama ini.
“Makna Hari Raya Nyepi adalah mengoreksi diri atas perbuatan selama satu tahun untuk mengambil inisiatif yang baik ke depannya,” katanya.
Semoga keheningan dan kedamaian Hari Raya Nyepi membawa kebaikan bagi semesta alam.
Rahajeng nyanggra rahina Nyepi caka 1945!