BelitongToday, Badau – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bangka Belitung melaksanakan penelusuran dan penggalian naskah kuno terkait sejarah terbentuknya Kabupaten Belitung.
Sekitar 30 orang tokoh masyarakat Badau hadir pada acara yang bertempat di Museum Badau, Desa Badau, Kecamatan Badau, Kamis (29/9).
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bangka Belitung, Rakhmadi mengatakan, pihaknya menelusuri dan menjajaki naskah kuno yang berkaitan dengan nilai heritage atau warisan kebendaan dan sejarah tak benda.
“Jadi sejarah tak benda itu cerita yang dibawakan oleh pelaku, baik pencipta maupun generasi berikutnya,” kata Rakhmadi.
Menurut Rakhmadi, berdasarkan hasil galian mereka, ada potensi yang bisa mereka kembangkan atau telusuri, kemudian itu akan dijadikan dokumen dalam penciptaan arsip atau naskah.
“Itu untuk memperkaya khazanah kita, bahwa Belitung memiliki sejarah yang cukup unik dan realita, serta bisa dibicarakan karena fakta-fakta sejarahnya memang ada,” jelasnya.
Rakhmadi melanjutkan, pihaknya mengharapkan kegiatan ini untuk memperkaya khazanah budaya, penambahan naskah dalam kepustakaan, maupun dari sisi arsip.
Apalagi, saat ini Belitung sudah menjadi destinasi wisata, tentunya kita tidak hanya menyodorkan wisata alam, namun adanya budaya tak benda ini bisa dihadirkan kepada wisatawan.
“Kami akan beberapa kali kembali ke Badau untuk mewawancara tokoh adat dan ahli sejarah untuk mendokumentasikannya sehingga dapat menjadi referensi panduan sejarah,” sebutnya.
Rakhmadi menjelaskan, saat ini banyak dokumen sejarah Babel yang berada di luar Babel, seperti di Palembang dan di perpustakaan Leiden, Belanda.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kab. Belitung, Paryanta mengatakan ada beberapa buku kuno, namun terkait naskah kuno kerajaan masih harus digali lebih lanjut.
“Ini bisa menjadi referensi kita untuk terbentuknya Belitung. Selama ini yang dipedomani adalah terbentuknya pemerintahan kota Tanjungpandan yang diperingati setiap 1 Juli. Ke depan jika ditemukan fakta lain bisa saja tanggal diperingatinya Belitung berubah,” lanjutnya.
Ia menuturkan, bahwa sejarah bisa menjadi objek wisata sehingga perlu terus digali.
“Ketika semakin banyak yang digali, bisa juga menjadi objek wisata sejarah, karena di Bali orang bukan hanya berwisata melihat pantainya tapi juga mempelajari sejarah dan menikmati kebudayaannya,” tutupnya. (Adoy)