BelitongToday, Tanjungpandan – Sebanyak 100 nelayan di Kabupaten Belitung mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) tahun 2023.
Stasiun Meteorologi Kelas III H.AS Hananjoeddin Belitung menyelenggarakan acara tersebut di aula kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan, Selasa (30/5) pagi.
Turut hadir, Bupati Belitung, Sahani Saleh dan Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II, Hartanto.
Dalam sambutannya, Bupati Belitung, Sahani Saleh menyambut baik kegiatan SLCN 2023.
“Pemerintah Kabupaten Belitung menyambut baik adanya kegiatan Sekolah Lapang Cuaca (SLCN) 2023 bagi para nelayan,” ucapnya.
Ia menjelaskan, melalui kegiatan SLCN 2023 ia mengharapkan para nelayan memiliki kemampuan dalam membaca dan memahami kondisi cuaca terutama pada saat turun melaut.
Hal ini akan berpengaruh terhadap keselamatan nelayan dan jumlah tangkapan nelayan.
Bupati mengingatkan, agar nelayan tidak hanya mengandalkan cara kearifan lokal dalam menentukan dan membaca arah angin atau cuaca melainkan mulai memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi perkembangan cuaca.
“Karena sekarang sudah terjadi perubahan iklim jadi tidak bisa lagi menggunakan metode kearifan lokal dalam memahami kondisi cuaca,” paparnya.
Pemahaman Kondisi Cuaca Sangat Bermanfaat
Lebih lanjut, Sanem, sapaan akrab Bupati Belitung, menjelaskan melalui pemahaman kondisi cuaca yang baik nelayan bisa menyusun perencanaan sebelum melaut.
“Perencanaan tersebut dengan melihat kondisi gelombang dan kondisi arus laut, termasuk zona yang penuh ikan sehingga bisa langsung ke sasaran,” tandasnya.
Dengan memahami kondisi cuaca tersebut para nelayan dapat mewaspadai terjadinya perubahan cuaca di laut.
“Seperti gelombang tinggi maka jangan turun melaut karena itu bahaya demi keselamatan tunggu cuaca kembali membaik baru turun melaut,” terangnya.
Sementara itu, di lokasi yang sama, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II, Hartanto menyebutkan tujuan SLCN adalah meningkatkan kemampuan nelayan dalam memahami cuaca di lapangan.
Hartanto mengingatkan bahwa isu terbesar adalah perubahan iklim yang berdampak terhadap sejumlah sektor termasuk kelautan.
“Perubahan iklim juga mengubah pola berkumpulnya komunitas ikan apakah itu dipengaruhi oleh suhu air laut dan lainnya,” ucap Hartanto.
Selain itu, ia mengingatkan agar nelayan tidak memaksakan diri untuk turun melaut apabila kondisi cuaca sedang tidak baik.
“Saat ini kondisi cuaca di laut sering tidak menentu berangkat cuacanya baik namun ketika di tengah laut kondisi cuaca sewaktu-waktu bisa berubah,” imbuhnya. (Nazriel)