BelitongToday, Manggar – Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Belitung Timur, Khairil Anwar mengatakan jika pola asuh dan makan jadi sumber utama terjadinya kasus stunting.
Hasil ini merupakan temuan usai tiga hari mengunjungi lokasi stunting di seluruh Desa di Kabupaten Beltim.
Hal tersebut disampaikanya dalam rapat Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Beltim di Ruang Rapat Gunung Lumut Badan Perencanaan Pembanguan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), Kamis (8/6/23).
“Jadi kita sudah turun ke beberapa desa, langsung ke rumah keluarga-keluarga yang punya resiko stunting. Kalau dari rumah mereka layak, yang jadi masalahnya ternyata dari pola makan dan asuh orang tua,” ungkap Khairil.
Pola asuh dan makan itu jelas Khairil terlihat dari cara pemberian makan kepada bayi atau anak. Di mana orang tua acuh atau menyerah saat anak tidak ingin makan.
Kondisi tersebut membuat Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) harus melakukan tindakan cepat terhadap beberapa bayi yang terindikasi stunting.
Penanganan cepat yang kita lakukan yakni screening atau tes terhadap bayi dan anak tersebut tanpa birokrasi panjang lebar.
“Saya sudah minta kepada Puskemas agar mengeluarkan rekomendasi yang sifatnya ‘jalan tol’, tidak banyak birokrasi. Rekomendasi tersebut turun langsung kepada dokter spesialis anak atau kandungan, dokter akan turun langsung menangani kasus tersebut,” kata Khairil.
Selain itu pula menurut Khairil, TPPS Kabupaten Beltim juga sudah meminta agar tiga pilar di Desa, yakni Kepala Desa, Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk turut ikut aktif memantau kondisi lokasi stunting yang ada.
Optimis Turun Sesuai Target
Lebih lanjut, Khairil Anwar optimis angka stunting di Kabupaten Beltim akan turun sesuai target yakni kurang dari 14 persen di tahun 2024.
“Semula kita 22 persen, sekarang sudah turun jadi 16 persen. Insyaallah di tahun 2024 kita akan turun di bawah 14 persen,” kata Khairil.
Tim di tingkat pemerintah desa menurut Khairil, sudah mulai aktif untuk ikut menurunkan angka stunting. Bahkan pihak swasta juga sangat sigap untuk membantu pemerintah menangani stunting.
Tinggal kekurangan dalam peninputan data yang masih jadi hambatan. Namun dengan kerja sama dan kerja keras, data-data tersebut akan segera kita selesaikan.
“Kelemahan kita di data, banyak yang tidak masuk. Data-data bantuan untuk program stunting banyak yang tidak ada di OPD sehingga susah untuk memisahkan, namun ke depan kita akan perbaiki itu,” pungkas Khairil. (Mario)