BelitongToday, Jakarta – Hampir di setiap sudut kota, permainan lato-lato terus terdengar. Mainan lato-lato ini sekarang menjadi viral dan populer di kalangan masyarakat umum.
Kecenderungan lato-lato ini juga memunculkan laporan sejumlah kasus anak-anak yang mengalami luka mulai dari memar di tangan, luka robek di bibir dan mata, hingga harus menjalani operasi karena pecahan lato-lato yang berjatuhan.
Menanggapi tren permainan lato-lato yang sedang berkembang, pakar tumbuh kembang anak dr. Bernie Endyarni Medise mengatakan tidak semua anak bisa memainkan permainan tersebut.
Selain itu, kurangnya pemahaman orang tua tentang keselamatan dalam permainan menciptakan celah untuk cedera atau efek kesehatan lainnya pada anak.
Orang tua didorong untuk lebih memahami keterbatasan keterampilan motorik anak-anak mereka seiring bertambahnya usia. Karena itu, ia menyarankan agar anak balita atau balita tidak dikenalkan dengan mainan lato-lato.
“Tentu ini (lato-lato) bukan untuk balita. Anak-anak tidak boleh bermain lato-lato karena kemampuan motoriknya belum terlalu bagus,” kata Dr Bernie saat jumpa pers bersamaIDAI tentang Permainan Anak, Minggu (15/1).
Lantas pada usia berapa anak diperbolehkan bermain lato-lato?
Menurut dr. Bernie, bermain lato-lato dapat membantu melatih keseimbangan anak. Anak usia sekolah hingga remaja dianggap lebih siap untuk memainkan mainan tersebut.
“Pada usia sekolah, anak-anak yang sudah remaja, tentu saja mereka bisa bermain jika mereka mau. Tapi satu hal, harus ada bantuan orang tua,” imbuhnya.
dr. Bernie mengingatkan para orang tua untuk mengawasi dan membimbing anaknya saat bermain lato-lato.
“Orang tua juga butuh edukasi. Ajari anak bahwa bermain lato-lato seperti ini berbahaya, agar anak mengerti cara bermainnya,” ujarnya. (Mg2)