BelitongToday, Tanjungpandan – Pemerintah Kabupaten Belitung melaksanakan rapat koordinasi (rakor) percepatan penurunan stunting, di Hotel Grand Tropical Village, Tanjungpandan, Selasa (31/1).
Wakil Bupati Belitung Isyak Mairobie, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD) Kabupaten Belitung Salman Alfarisi, dan sekitar 50 orang peserta menghadiri rakor tersebut.
Kepala DPPKBPMD Belitung Salman Alfarisi mengatakan Kementerian Kesehatan RI memiliki dua sistem pendataan yakni SSGI dan E-PPGBM dan metode itu berjalan keduanya.
Namun, dua sistem itu memiliki teknik yang berbeda dalam pencatatan angka stunting. SSGI berlangsung setahun sekali dengan sampling, sedangkan E-PPGBM setiap bulan oleh petugas kesehatan di lapangan.
“Jadi hasil itu berdasarkan SSGI angka stunting tahun 2022. Angka 19,8 persen artinya melesat dibanding sebelumya hanya 13,6 persen, nah kita bingung kenapa banyak sekali naiknya sementara standar nasional di 2024 itu 14 persen,” kata Salman, usai rakor itu.
Menurut Salman, berdasarkan E-PPGBM angka stunting Belitung tahun 2022 berada di 7 hingga 8 persen, bahkan angka turun dari sebelumnya.
Maka, jika berdasarkan hasil SSGI berada di angka 19,8 persen itu sangat masif, pastinya secara data diikuti dengan angka kemiskinan tinggi, pendidikan yang hancur, dan lainnya.
Akan tetapi, melihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Belitung, cukup baik dan naik.
“Seharusnya angka stunting itu turun, kenapa hasil SSGI itu ikut naik juga,” bebernya.
Oleh karena itu, Pemkab Belitung mengadakan rakor itu guna mencari sumber masalah dari tingginya angka itu.
Setelah mendengarkan berbagai piihak dalam rakor, maka data yang lebih valid itu data E-PPGBM, sebab data itu dicatat setiap bulan.
“Jadi hampir tiap bulan ada pencatatan dan pembaharuan (update) data itu,” sebutnya.
Selain itu, dalam waktu dekat Pemkab Belitung akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, guna mencari tahu sistem mana yang mereka pakai.
“Pimpinan daerah akan berkomunikasi langsung ke Kemenkes untuk menanyakan data mana yang akan mereka pandang dalam mengukur angka stunting,” paparnya. (Adoy)