Home / Belitong Opinion

Kamis, 26 Oktober 2023 - 19:25 WIB

Anjing Liar, Kemanakah Kita Harus Menyingkirkannya?

Anjing-anjing liar yang berada di KV Senang, kawasan Bundaran Tugu Satam, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung

Anjing-anjing liar yang berada di KV Senang, kawasan Bundaran Tugu Satam, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung

Anjing. Adalah hewan yang dekat dengan manusia. Kita bersahabat sejak lama dengan hewan ini. Bahkan, dalam Islam, anjing mendapat tempat yang spesial. Dalam Al-Qur’an, anjing sempat disebut beberapa kali, termasuk dalam surat Al-Kahfi. Anjing ini mendapat jaminan masuk surga oleh Allah SWT. Dalam surat Al-Kahfi kata anjing muncul sebanyak empat kali yakni pada ayat ke-18 dan 24. Anjing ini dikisahkan bersama dengan ashabul kahfi yakni pemuda yang tertidur di dalam gua. Anjing tersebut mendapat jaminan masuk surga karena menjaga para pemuda tersebut selama 309 tahun.

Pun, saat ini, hewan tersebut dekat dengan keseharian manusia. Hewan ini kerap menjadi peliharaan untuk menjaga di rumah, kebun, dan hutan (bagi masyarakat di pedesaan) dari berbagai gangguan domestik.

Anjing dapat berkembang biak dua kali dalam setahun, dengan memiliki empat sampai lima ekor anak anjing dalam sekali melahirkan. Bahkan, ada jenis anjing tertentu yang bisa melahirkan hingga 12 ekor sekali melahirkan. Sehingga wajar jika populasinya menjadi sangat banyak jika pemerintah tidak mengendalikannya.

Di Kabupaten Belitung, populasi hewan ini sudah melebihi batas wajar, khususnya anjing liar. Anjing-anjing liar memadati pusat maupun sudut-sudut Kota Tanjungpandan. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan, terlebih, bagi wisatawan dari luar. Di mana, kawasan pusat kota seperti KV Senang merupakan salah satu landmark kota yang selalu wisatawan kunjungi, baik domestik maupun internasional.

Baca Juga  Perahu Kater: Buah Kreatifitas Nenek Moyang Sebagai Pelaut

Terlebih, pariwisata Belitung saat ini sedang bangkit setelah keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Jangan sampai, hanya karena populasi anjing yang tidak terkendali dan mengotori ruang-ruang publik di Kota Tanjungpandan, wisatawan kapok berkunjung.

Pemkab Belitung akan Tertibkan

Pemerintah Kabupaten Belitung berencana mengendalikan keberadaan anjing liar yang kerap berada di tengah kota, terutama Bundaran Tugu Satam.

Penertiban ini karena keberadaan anjing liar tersebut mengganggu keindahan wajah kota Tanjungpandan. Selain itu, anjing-anjing liar itu juga kerap membahayakan keselamatan pengendara motor yang melintas.

“Anjing liar gini hari sudah banyak di tengah pasar,” kata Sanem, sapaan akrab Bupati Belitung, usai menghadiri rapat paripurna di DPRD Belitung, Senin (23/10).

Ia menyampaikan, bahwa kondisi anjing liar juga banyak di kawasan Bundaran Satam Square atau Tugu Satam.

Sanem bahkan berceletuk bahwa kawasan Bundaran Tugu Satam sudah dikuasai oleh para anjing liar tersebut. Anjing liar tersebut kadang terlihat melintas bahkan berjemur di tengah jalan Bundaran Tugu Satam.

“Kawasan Bundaran Satam itu habis mereka kuasai (anjing liar – red),” celetuk Sanem.

Oleh karena itu, Sanem berkeinginan untuk mengendalikan populasi anjing liar itu. Namun tentunya dengan cara yang manusiawi.

Karena, jika meracun mereka, pecinta hewan pasti akan bersuara lantang. Tentu Sanem dan Isyak Meirobie tidak ingin mendarat dengan turbulensi di akhir masa jabatan mereka.

Baca Juga  Damai Nyepi dari Dusun Balitung Pelepak Putih

Cara lain, yaitu menangkap anjing-anjing tersebut, mengkarantina mereka, mensterilkan, kemudian mengurung mereka. Namun, cara ini sempat ditolak karena tidak adanya anggaran dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) pada bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Kirim ke Pulau

Alternatif lainnya yaitu, mengirim mereka ke salah satu pulau tak berpenghuni di Kabupaten Belitung. Belitung memiliki luas keseluruhan 229.369 hektar dengan 98 buah pulau besar dan kecil. Dilansir dari https://www.pulau.ubb.ac.id/belitungtpenghuni.html, terdapat setidaknya 96 pulau kecil di Pulau Belitung, banyak di antaranya yang tidak berpenghuni. Seperti contohnya Pulau Airlabuh, Pulau Kerdendang, dan pulau-pulau lainnya.

DKPP dapat menangkap mereka kemudian membawanya ke salah satu dari pulau-pulau tersebut. Kemudian bisa datang sekali dalam seminggu untuk memberi mereka makanan. Ini lebih ekonomis daripada harus menyediakan lahan untuk kandang besar, mengurung, dan membersihkan kotoran mereka.

Tentu, usulan ini masih perlu kajian mendalam. Namun, bisa menjadi salah satu alternatif solusi. Karena, wisatawan akan jijik dan tidak nyaman berlama-lama berada di sekitar Bundaran Satam jika masih banyak anjing liar tersebut. Belum lagi, banyak dari anjing-anjing tersebut yang belum disuntik rabies, sehingga akan sangat membahayakan. Untungnya, sebagian besar anjing liar di Belitung takut terhadap manusia, sehingga tidak terlalu mengganggu secara fisik. Namun, tetap mengganggu pemandangan. (*)

* Willy Wirayudha, Pimred BelitongToday

Share :

Baca Juga

Belitong Opinion

Pulau Belitung
SEA Games 2023

Belitong Opinion

SEA Games 2023, Masihkah Efektif sebagai Ajang Mempererat Hubungan Negara Asia Tenggara?
Kupi Tuan Kuase

Belitong Opinion

Kupi Tuan Kuase, Menikmati Kopi Ala Tuan dan Nona Belanda

Belitong Opinion

Mengulik Potensi Pasangan Djoni Alamsyah dan Rudi Hartono di Pilkada Belitung 2024, Perpaduan Pengusaha dan Politisi

Belitong Opinion

DUGDER-AN: Beragam Untuk Bersatu
Generasi Muda

Belitong Opinion

Minimnya Kesadaran Generasi Muda terhadap Perkembangan Daerah
Budaya Bahasa

Belitong Opinion

Mirisnya Budaya Santun Terhadap Orang Tua karena Penerapan Bahasa Gaul yang Salah

Belitong Opinion

Menciptakan Keselarasan Dengan Alam