BelitongToday, Tanjungpandan – Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengundang penceramah Koh Dennis Lim untuk mengisi tausiyah di Masjid As-Syura, Kelurahan Pangkallalang, Tanjungpandan, Senin (18/9).
Koh Dennis Lim menyampaikan tausiyah dengan judul “Islam Menjadi Cerminan Akhlak dan Juga Peradaban”.
Pantauan BelitongToday di lokasi, ratusan jamaah terutama dari kalangan emak-emak menghadiri kegiatan tersebut. Jamaah yang hadir cukup ramai dan membludak hingga ke teras masjid.
Ketua BKMT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Melati dalam sambutannya mengaku senang bisa hadir di tengah-tengah jamaah masjid As-Syura Pangkallalang dan menyaksikan tausyiah Koh Dennis Lim.
“Saya tidak akan panjang lebar karena di awal tadi saya katakan ini adalah janji saya dulu, karena dulu saya pernah ikut majelis taklim di rumah sahabat saya, Nanda. Ketika itu, berjanji akan mengundang ustad untuk kajian, kemudian saya berkomunikasi dengan tim koh Dennis dan mengajak mereka untuk tausyiah ke Belitung,” paparnya.
Ia menjelaskan, kegiatan ini merupakan salah satu program kerja BKMT Babel di bidang dakwah meliputi pendidikan perempuan, anak, dan remaja.
“Tadi kami sudah mengisi kajian di SMK Negeri 3 Tanjungpandan,” jelasnya.
Ayah Koh Dennis Lim Pernah Tinggal di Belitung
Sementara itu, lanjut Melati, hal yang mengejutkan bahwa Koh Dennis Lim masih memiliki darah keturunan Belitung. Ayah Koh Dennis dulunya pada tahun 1966 ternyata pernah tinggal di Belitung.
“Katanya di dekat Sungai Siburik jadi ternyata Koh Dennis Lim ini masih ada darah keturunan Belitung,” bebernya.
Melati berharap, para jamaah dapat memetik mutiara hikmah yang Koh Dennis Lim sampaikan dalam ceramahnya.
“Semoga kita bisa memetik hikmah dan pelajaran dari tausiyah Koh Dennis Lim,” ucapnya.
Sementara itu, dalam tausyiahnya ia berbagi kisah perjalanan hijrahnya hingga saat ini.
Ustad Dennis viral di media sosial karena dulunya merupakan seorang bandar judi dan kini beralih menekuni jalan dakwah.
“Saya berangkat ke Thailand dan saya terjebak di pekerjaan judi di sana. Selama di Thailand saya berpikir bahwa banyak uang bisa membeli kebahagiaan namun ternyata tidak, banyak orang yang duitnya banyak namun ternyata tidak bahagia,” ceritanya.
Ia menyampaikan, sebagai manusia memang memiliki kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Namun ada kebutuhan yang keempat yakni kebutuhan kita yang ingin dihargai oleh orang lain.
“Bapak dan ibu, kalau kita makan steak tenderloin impor yang harganya jutaan dan tempe bacem rasanya hanya beda di mulut, lepas dari mulut masuk kerongkongan sudah tidak ada rasa. Sama halnya juga dengan mobil, itu mobil cuma kaleng, campuran kaleng, karet dikasih roda jadilah mobil,” paparnya. (Nazriel)