BelitongToday, Manggar – Pj. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Suganda Pandapotan Pasaribu menilai rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat menjadi pemicu tingginya kasus stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tingkat pendidikan yang rendah membuat angka perkawinan usia anak meningkat dan berujung pada pola asuh yang salah.
Hal ini Suganda sampaikan di Ruang Pertemuan Satu Hati Bangun Negeri, Kabupaten Beltim. Usai meninjau lokus stunting atau rumah warga yang terindikasi gizi buruk di Desa Senyubuk, Kecamatan Kelapa Kampit, Selasa (13/6).
“Jadi stunting di kita ini anomali ya. Kita kan selalu kita dengar bahwa warga stunting kekurangan asupan gizi dan sebagainya. Tapi setelah kita lihat di lapangan tadi, dari sisi ekonomi berasal dari keluarga mampu. Artinya ada pola asuh yang keliru,” ungkap Suganda.
Pola asuh yang salah karena banyak masyarakat yang hanya mengenyam pendidikan dasar. Bahkan di rata-rata nasional tingkat pendidikan warga Babel masih cukup rendah.
“Ini yang harus kita intervensi ke depannya, kalau tingkat pendidikan pemuda-pemudi kita tinggi mereka tidak akan menikah di usia dini. Mungkin secara ekonomi dia mampu, tapi dari segi pola pikir dia belum mampu,” kata Suganda.
Pemprov Babel menargetkan angka stunting di tahun 2023 ini akan turun sesuai target nasional yakni di angka 14 persen. Saat ini angka stunting di Provinsi Babel masih mencapai 18,5 persen.
“Target kita mengikuti secara nasional, yakni 14 persen. Sekarang kita masih 18 persen,” ujar Suganda.
Untuk strategi penurunan stunting, Pemprov Babel menggandeng seluruh stakeholder, baik kader posyandu, perangkat di tingkat desa, maupun kecamatan dan kabupaten.
Para pemangku kepentingan ini dihimbau untuk terus melakukan pendampingan terhadap keluarga stunting.
“Selain dengan pemberian tambahan makanan dengan asupan gizi, kita juga menggelar pelatihan-pelatihan. Nah pelatihan-pelatihan inilah yang akan mengubah pola pikir generasi kita,” pungkasnya. (Mario)