BelitongToday, Sijuk – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa membuka kegiatan ASEAN Blue Economy Forum di Sheraton Hotel dan Resort, Tanjung Binga, Sijuk, Belitung, Senin (3/7).
Dalam sambutannya secara daring, Suharso Monoarfa mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada para peserta delegasi ASEAN Blue Economy Forum yang berlangsung 1-4 Juli.
Suharso Monoarfa mengatakan, ASEAN Blue Economy Forum merupakan forum yang sangat penting. Forum ini akan membahas pentingnya implementasi ekonomi biru di kawasan Asia Tenggara.
“Forum ini merupakan forum yang sangat penting karena berkaitan dengan pengembangan ekonomi biru di kawasan Asia Tenggara,” kata Suharso.
Ia menjelaskan, dalam forum ini, Indonesia akan memaparkan peta jalan ekonomi biru di Indonesia bersamaan dengan Indonesia Emas 2045. Begitu pula dengan perkembangan rencana ekonomi biru di kawasan Asia Tenggara.
“Indonesia juga sudah berhasil melaunching ekonomi biru yang berbasis komunitas masyarakat. Tren menunjukkan sektor kelautan dan perikanan semakin tumbuh dengan kontribusi terhadap PDB yang meningkat,” jelasnya.
Suharso Monoarfa dalam membuka kegiatan ASEAN Blue Economy Forum menambahkan, di sisi lain, kerusakan laut akibat pencemaran, pemanfaatan yang berlebihan, dan perubahan iklim mengancam keberlangsungan lingkungan laut. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyusun peta jalan ekonomi biru menuju Indonesia Emas 2045. Hal ini nanti akan dipaparkan dalam forum tersebut.
“Berterima kasih kepada anggota Asean, World Bank, ERIA, PBB, dan semua pihak yg membantu terwujudnya ekonomi biru di kawasan,” ungkapnya.
Seimbangkan Ekologi dan Ekonomi
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Victor Gustav Manopo mengatakan ekonomi biru bertujuan menyeimbangkan antara ekologi dan ekonomi.
“Kebijakan ekonomi Biru di Indonesia adalah melindungi laut dan SDA, mengurangi tekanan pada perikanan, dan menjaga keberlangsungan wilayah laut,” paparnya.
Hal ini dapat terwujud melalui pengembangan wilayah laut yang terlindungi, penangkapan ikan berbasis kuota, memastikan wilayah laut dan karang yang berkelanjutan. Kemudian pengawasan dan kendali pulau kecil dan karang, serta membersihkan laut dan pantai dari sampah plastik.
“Akuntansi laut berguna sebagai indikator untuk menghitung stabilitas antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan kehidupan laut. Alat untuk mengukur ini antara lain area, status, dan nilai ekosistem dan lingkungan laut, dan kontribusi laut pada ekonomi. Selain itu, ada dampak kegiatan ekonomi pada laut, kualitas kebijakan manajemen ekonomi yang komprehensif terhadap GDP,” terangnya.
Ia mengungkapkan, selain mengutamakan kesehatan laut, ekonomi biru juga membuka peluang investasi dan lapangan pekerjaan.
“Serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui distribusi pertumbuhan ekonomi, khususnya di masyarakat pesisir,” tutupnya.(Tim)