BelitongToday, Tanjungpandan – Mirza Dallyodi resmi menjabat Ketua Pengurus Daerah (PD) Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kabupaten Belitung untuk masa bakti 2023-2026.
Acara pelantikan berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) UPTD Kolong Keramik, Selasa (21/2) malam.
Mirza Dallyodi beserta jajaran pengurus lain dilantik secara langsung oleh Datuk Marwan Al-Ja’fari selaku Ketua Pengurus Wilayah MABMI Bangka Belitung.
Hadir dalam acara pelantikan tersebut yakni Sultan Raden Muhammad Fauwaz Diradja selaku Sultan Mahmud Badaruddin IV Jaya Wikrama Fauwaz Diradja atau Sultan Palembang Darussalam. Serta Datuk Ramli Sutanegara selaku Penasihat Agung MABMI Bangka Belitung.
Ketua PW Mabmi Bangka Belitung, Datuk Marwan Al-Ja’fari dalam sambutannya mengucapkan selamat atas pelantikan pengurus Mabmi Belitung masa bakti 2023-2026.
“Saya mengucapkan selamat atas pelantikan pengurus PD MABMI Kabupaten Belitung pada hari ini,” tuturnya.
Ia menjelaskan, MABMI memang masih terasa asing dan belum familiar di kalangan masyarakat Kabupaten Belitung.
Menurutnya MABMI berdiri pada tahun 1971 dan pusatnya berada di Medan.
“MABMI hadir di Babel baru lima tahun lalu, Datuk Ramli Sutanegara yang membawanya ke Babel. Mengapa terlambat masuk ke Babel, ini menandakan masalah adat dan budaya Melayu. Banyak yang tidak mau peduli dan mengurusnya,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat Babel seharusnya bangga punya orang yang peduli dengan adat istiadat yakni Datuk Ramli Sutanegara.
“Kita harus bangga dengan orang yang peduli dengan adat istiadat Melayu yakni Datuk Ramli Sutanegara,” imbuhnya.
Menurutnya, tugas selaku pengurus Mabmi ada tiga yaitu menjaga adat istiadat Melayu yang sudah ada, melestarikan adat budaya Melayu, dan mengkreasikan atau menginovasi adat Melayu menjadi budaya yang menarik.
“Mabmi harus menjadi garda terdepan dalam menjaga dan melestarikan adat istiadat Melayu di Bangka Belitung,” paparnya.
Sementara itu, Ketua MABMI Belitung masa bakti 2023-2026 Mirza Dallyodi mengatakan MABMI adalah wadah untuk menyatukan masyarakat Melayu yang religius dan beradab.
“Sebab saat ini budaya Melayu sudah tergerus dengan tingginya budaya lain sebagai contoh bahasa Melayu saat ini mulai hilang,” ujarnya.
Oleh karena itu, Mirza menyebutkan, MABMI adalah sebagai wadah dan majelis untuk melestarikan budaya Melayu.
“Syarat menjadi Melayu adalah Islam, beradat, dan berbahasa Melayu,” tuturnya.
Selain itu, Mabmi juga sebagai wadah, instrumen, dan tempat berkumpulnya seluruh organisasi Melayu di Belitung.
“Jadi kami ini bukan saingan dengan Lembaga Adat Melayu Belitung, jadi banyak yang bertanya apakah ini saingannya LAM Belitung saya katakan bukan, ini adalah sebuah instrumen untuk kita berdayakan keberadaannya,” tutup Mirza. (Mg1)