BelitongToday, Jakarta – Tim peneliti dari Rusia berhasil menghidupkan kembali virus yang sudah mati selama 50.000 tahun dalam lapisan permafrost di Siberia.
Para peneliti menyebut virus tersebut sebagai “zombie virus” karena kemampuannya untuk kembali hidup setelah berabad-abad dalam keadaan mati. Namun, banyak yang bertanya-tanya apakah virus ini berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Peneliti mengatakan bahwa virus ini tidak berbahaya bagi manusia karena hanya menginfeksi ameba, yang merupakan organisme mikroskopik di air dan tanah.
Ameba sangat berbeda dari manusia, sehingga virus tidak dapat menyebar atau menyebabkan infeksi pada manusia.
Meskipun demikian, penelitian ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan virus yang telah mati untuk kembali hidup setelah berabad-abad dalam keadaan mati.
Dalam kondisi tertentu, virus-virus seperti ini dapat berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia jika terlepas dari permafrost dan kembali aktif.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan iklim yang terjadi sekarang dapat mengancam keamanan virus yang terkubur dalam lapisan permafrost.
Pencairan permafrost dapat memicu pelepasan virus dan bakteri yang telah lama mati, dapat menyebabkan infeksi dan penyakit yang berbahaya bagi manusia.
Karena itu, peneliti mengatakan bahwa penting untuk memahami potensi bahaya dari virus yang telah lama mati. Mereka juga berusaha untuk membatasi eksplorasi dan pengambilan sampel dari daerah permafrost yang tidak terjaga dengan baik.
Selain itu, perubahan iklim dan pemanasan global harus diperlakukan sebagai ancaman serius terhadap keamanan lingkungan dan kesehatan manusia.
Kesimpulannya, “zombie virus” yang dihidupkan kembali setelah 50.000 tahun tidak berbahaya bagi manusia. Namun, penemuan ini menunjukkan potensi bahaya dari virus yang telah lama mati dan perlunya menjaga permafrost yang tidak terjaga dengan baik.
Perubahan iklim juga menjadi ancaman serius terhadap keamanan lingkungan dan kesehatan manusia. (Reza)