BelitongToday, Jakarta – Studi Kasus Gizi Indonesia menunjukkan bahwa 24,4 persen anak usia dini Indonesia mengalami kekurangan gizi atau keterbelakangan pada tahun 2021 berdasarkan siaran pers Royco (10 /1),
Ahli Gizi Klinis, dr. Diana Felicia Suganda, M.Kes, Sp.GK mengungkapkan bahwa stunting merupakan salah satu masalah pembangunan terbesar bagi generasi muda Indonesia.
“Orang tua khususnya ibu memiliki peran besar dalam hal ini karena dapat menentukan keseimbangan antara gizi dan kesehatan bagi anak dan diri mereka sendiri sejak dini,” ujar dr. Diana.
Agar masyarakat Indonesia, khususnya anak dan ibu, memiliki pola hidup dan pola makan yang seimbang sehingga dapat terbebas dari rantai stunting.
Memperingati Hari Gizi Nasional pada tanggal 25 Januari, dr. Diana membagikan lima tips untuk memutus mata rantai stunting di Indonesia, yaitu:
- Pola Makan Ibu adalah Pola Makan Anak
Meski stunting bukan masalah genetik, semua wanita Indonesia harus mengikuti pola makan sehat agar tetap sehat.
Makan sehat harus dimulai pada usia remaja dan sebelum menikah.
- Penerapan pola makan seimbang
Perlu diketahui bahwa asupan makanan yang tidak seimbang dapat berdampak buruk bagi kesehatan ibu hamil.
Ada berbagai penyakit bila pola makan tidak seimbang, mulai dari anemia, konstipasi, tekanan darah tinggi, diabetes gestasional dan hiperemesis gravidarum, atau mual muntah berlebihan.
Perlu juga dipahami bahwa wanita terbelakang juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Padahal, saat lahir, bayi juga berisiko tinggi mengalami retardasi pertumbuhan.
- Mengolah makanan anak-anak
Seribu hari pertama kehidupan (HPK) sangat penting, masa ini merupakan masa kritis bagi tumbuh kembang seorang anak.
Sejak hari ke-270 kehamilan hingga usia 2 tahun atau 730 hari, sebaiknya orang tua menjaga pola makan seimbang anaknya dengan Isi Piringku.
- Konsultasikan dengan ahli gizi
Penting agar orang tua berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memantau kebutuhan gizi anak dan mencegah pertumbuhan terhambat.
Pada masa kritis 1000 HPK, anak yang mengalami stunting lebih dini (sebelum usia 6 bulan) mengalami stunting yang lebih parah pada usia dua tahun. (Mg2)