BelitongToday, Tanjungpandan – Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Belitung, Tenny Meireni mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem menjadi tantangan tersendiri bagi para petani cabai di Belitung.
Cuaca ekstrem seperti hujan dengan intensitas yang cukup tinggi kerap menganggu produksi cabai rawit dan cabai keriting petani lokal.
“Salah satunya memang yang menjadi tantangan adalah cuaca ekstrem,” ujarnya kepada BelitongToday.com, Kamis (20/10) siang
Tenny mengungkapkan, cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang turun secara terus-menerus berpotensi menimbulkan serangan hama penyakit pada tanaman cabai.
Ia menjelaskan, serangan hama penyakit tersebut berpotensi menurunkan produksivitas tanaman cabai bahkan menyebabkan gagal panen.
“Sehingga sebelumnya kita menargetkan produksi padi dengan jumlah sekian namun karena hal tersebut, produksi berkurang dan terganggu,” tandasnya.
Disampaikannya, selain itu, sebelum memulai budidaya tanaman cabai, petani diharapkan mampu mengolah lahan pertanian dengan baik.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi tanah di Belitung memiliki tingkat kadar keasaman tinggi sehingga mesti dilakukan pengolahan agar tanah bisa subur seperti tanah pada umumnya.
“Pengolahan tanah juga harus diperhatikan, kita tahu kondisi tanah di Belitung ini asamnya tinggi sehingga sebelum ditanam memang harus diolah terlebih dahulu,” jelasnya.
Pihaknya menargetkan produksi cabai rawit dan cabai keriting Belitung nanti di tahun 2023 sebanyak 453 ton.
Produksi tersebut diharapkan memenuhi kebutuhan lokal masyarakat terhadap cabai serta mampu mengendalikan inflasi daerah.
“Karena selama ini cabai merupakan salah satu komoditas pertanian di Belitung yang sering menyumbang inflasi,” sebutnya. (azriel)