BelitongToday, Manggar – Indonesia Consortium on Interdisciplinary Sciences (UKICIS) menggelar pelatihan dengan materi yang bertemakan “Propolis Lebah Teran Belitung Kaya Khasiat”.
Pelatihan tersebut berlangsung di perpustakaan Alam Kek Tapa Dusun Damai Baru, Desa Mengkubang, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Minggu (8/10).
Selain menyampaikan teori, pelatihan tersebut juga memberikan praktik ekstraksi propolis.
Adapun para peserta pelatihan adalah peternak lebah teran dari Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Mereka harus membawa 25 gram propolis untuk sama-sama melakukan proses ekstraksi.
Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan Komunitas MPIG Belitung Timur dengan ketuanya, Hasbullah.
UKICIS merupakan kegiatan peneltian dari berbagai bidang ilmu oleh Departemen Biologi IPB kerjasama dengan UI, ITB, dan BRIN.
Kegiatan ini merupakan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang koordinatornya adalah para dosen dari Departemen Biologi IPB dan Departemen Kimia UI. Mereka tergabung dalam TIM WP2 UKICIS Departemen Biologi IPB dengan tema” Eduturism Bersama Lebah, Madu dan Propolis di Belitung”.
Pada Januari 2023 tim WP2 UKICIS Departemen Biologi IPB subtopik propolis telah melakukan koleksi propolis dari tiga peternak lebah teran di Belitung dan Belitung Timur.
Hasil analisis propolis, ternyata memiliki keragaman senyawa fitokimia yaitu flavonoid dan polifenol yang beragam.
Propolis Lebah Teran Miliki Khasiat Tinggi
Dari hasil penelitian WP2 UKICIS Departemen Biologi IPB, bahwa propolis lebah teran yang selama ini jarang orang manfaatkan, memiliki khasiat sangat tinggi sebagai obat herbal.
Pemateri pelatihan Dr. M. Sahlan, juga merupakan anggota dari WP2 dan dosen dari Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia (UI).
Dalam pemaparannya, M. Sahlan menyampaikan bahwa warna ekstrak propolis lebah teran berbeda warna berdasarkan sumber resin (getah pohon) dari lebah.
Bahan baku propolis setelah panen harus langsung disimpan dalam kondisi botol gelap dan dingin.
“Hal tersebut karena zat aktif dalam porpolis sangat sensitif dengan panas, seperti air panas atau sinar matahari,” paparnya.
Setelah memaparkan materi, M. Sahlan melakukan praktik ekstraksi madu dengan bahan-bahan yang telah ia siapkan, di antaranya propolis 125 mL/25 gram, minyak pelarut PCO, dan botol.
Adapun tahapan ekstraksi propolis yang ia praktikkan, yaitu tahap pertama propolis dan minyak masukkan ke dalam botol. Kemudian setiap pagi dan sore aduk dengan cara membolak-balik botol selama 5 menit selama 1 bulan atau paling cepat 2 minggu untuk memisahkan lilin dan propolis.
“Perlu dicatat, dalam produksi skala industri dengan alat pemutar hanya memerlukan waktu 8 jam pengadukan,” jelasnya.
Tahapan selanjutnyam M. Sahlan tampilkan, adalah proses ektraksi sampai tidak lagi terjadi perubahan warna. Setelah itu, baru lakukan penyaringan, dan hasil ekstraksi propolis pun dapat kita konsumsi 5-10 tetes atau perbandingan 1 sendok teh.
“Hal yang selalu perlu kita ingat adalah, Propolis ini adalah berasal dari resin tumbuhan sehingga kelestarian alam perlu terus kita jaga. Ini untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas produksi perlebahan,” bebernya.
Tim WP2 UKICIS – Departemen Biologi FMIPA IPB berharap peserta pelatihan dapat memahami manfaat besar pelatihan ini. Bahwa, kita bisa meningkatkan salah satu produk lebah teran yaitu propolis sampai level industri. Ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Belitung dan Belitung Timur.
Koordinator Tim WP2 dan penyelenggaran pelatihan yakni Prof. Dr. Rika Raffiudin, dan kegiatan pelatihan dibuka oleh Bupati Belitung Timur, Burhanudin. (Mario)