BelitongToday, Membalong – Para tokoh adat dari tujuh desa berkumpul di kediaman tokoh adat Dusun Air Gede, Desa Kembiri, Membalong, Marza. Mereka melaksanakan proses prosesi adat, Kamis (24/8) kemarin.
Mereka berkumpul untuk menyikapi konflik antara PT Foresta Lestari Dwikarya dan masyarakat tujuh desa.
Kegiatan prosesi adat tersebut dihadiri oleh Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Belitung Abdul Hadi Ajin, Kapolsek Membalong AKP Edi Harto. Juga, Camat Membalong Indrawansyah, Kepala Bidang Perkebunan DKPP Belitung, Hamzah, beserta Bhabinkamtibmas, Babinsa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga setempat.
Prosesi adat mulai pada pukul 15.00 WIB dengan pimpinan Ketua Forum Kedukunan Adat Belitung (FKAB), Mukti Maharip.
Mukti Maharip menjelaskan, ritual atau prosesi adat erat kaitannya dengan permasalahan antara PT Foresta dan masyarakat tujuh desa saat ini.
“Dalam prosesi adat ini kami memanjatkan doa “tulak bale” (menolak bala) serta rangkaian adat lainnya. Di mana erat kaitannya dengan permasalahan Foresta Lestari Dwikarya dan masyarakat saat ini,” katanya kepada para awak media usai acara.
Mukti menyampaikan, melalui proses adat tersebut ia berharap apa yang selama ini menjadi keinginan dan tuntutan masyarakat bisa terpenuhi.
Minta Aparat Keamanan Berlaku Adil
Selain itu, ia juga meminta aparat hukum yang sedang menangani kasus dugaan pengrusakan dan pembakaran kantor beserta aset Foresta Lestari Dwikarya dapat berlaku dengan adil.
“Kami minta kepada penegak hukum untuk dapat bertindak seadil-adilnya, jangan ada intimidasi,” harapnya.
Mukti juga berharap, pihak PT. Foresta Lestari Dwikarya dapat memenuhi apa yang selama ini menjadi tuntutan dan keinginan masyarakat.
“Mohon dengan sangat hormat kepada pihak perusahaan dengarkan apa yang menjadi keinginan masyarakat dan mohon dipenuhi,” ungkapnya.
Ia mengatakan, dalam kesempatan tersebut, para tokoh adat khususnya di Kecamatan Membalong, Belitung bersepakat. Untuk menolak segala aksi dan tindakan anarkis dalam memperjuangkan hak-hak mereka selama ini kepada pihak perusahaan.
“Berjuang bukan dengan otot namun dengan otak,” ucapnya.
Pihaknya selaku Ketua FKAB sangat menyesalkan tindakan anarkis berupa pembakaran dan pengrusakan kantor beserta sejumlah aset Foresta Lestari Dwikarya pada, Rabu (16/8) lalu.
“Sangat kami sesalkan, makanya aku sudah sampaikan ke seluruh elemen lapisan masyarakat khususnya Dusun Air Gede, Desa Kembiri. Kejadian kemarin jangan terulang lagi, apa yang sudah terjadi apa mau dikata,” tandasnya.
Mukti menegaskan, pihaknya dari kedukunan adat Belitung akan terus mengawal permasalahan tersebut sampai menemui solusi bagi masyarakat.
“Kami akan kawal terus permasalahan ini sampai di manapun, memang saat ini sudah ada beberapa orang yang kepolisian panggil untuk dimintai keterangan terkait kejadian kemarin. Namun dari pihak adat kami tidak bisa berbuat apapun, jadi ikutilah proses hukum. Juga, kami mohon kepada penegak hukum agar dapat bertindak dengan seadil-adilnya,” harapnya. (Tim)