BelitongToday, Jakarta – Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyebut Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E adalah eksekutor yang membunuh Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Fakta bahwa jaksa menuntut Bharada E dalam pembunuhan Brigadir J menjadi pertimbangan yang berat.
“Yang sulit adalah algojo yang membunuh Nofriansyah Yoshua Hutabarat dan duka mendalam bagi keluarganya,” kata Jaksa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (18/1).
Jaksa mengatakan, hal lain yang membuat memberatkan Bharada E adalah menimbulkan keresahan dan gejolak di masyarakat.
Hal yang meringankan, kata JPU, Bharada E adalah saksi pelaku yang bekerja sama mengungkap kejahatan tersebut dan menyesali perbuatannya.
“Terdakwa tidak pernah dihukum, bersikap santun, dan kooperatif di pengadilan, menyesali perbuatannya, dan dimaafkan oleh keluarga korban,” ujarnya.
Sebelumnya, Bharada E divonis 12 tahun penjara atas dugaan keterlibatan hukum dan persuasif dalam pembunuhan Brigadir J.
Bharada E bersama Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal atau Bripka RR, dan Kuat Ma’ruf didakwa percobaan pembunuhan Brigadir J.
Mereka didakwa dengan Pasal 340 subsidair Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Pembunuhan terhadap Brigadir J itu terjadi pada Jumat, 8 Juli 2022 di rumah dinas Sambo nomor 46 yang terletak di Mapolres Duren Tiga, Jakarta Selatan. Dalam surat dakwaan, Bharada E dan Sambo diduga menembak Brigadir J.
Sebelumnya, Ferdy Sambo dijerat dengan hukuman seumur hidup karena jaksa menganggap itu bukti yang sah dan meyakinkan bahwa dirinya bersalah membunuh Brigadir J.Sedangkan dua terdakwa lainnya, Kuat Ma’ruf dan Ricky Rizal atau Bripka RR, divonis delapan tahun penjara. Sementara itu, Putri juga divonis delapan tahun penjara. (Mg2)